Appik News

"Menyoroti Perjuangan, Menyuarakan Harapan."

“Menyoroti Perjuangan, Menyuarakan Harapan.”

Pemberdayaan Purna Migran Indonesia dari Korea Selatan: Dari Tantangan Menuju Kemandirian

Jakarta, 2025 – Kepulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Korea Selatan kerap menyimpan cerita perjuangan yang tak banyak diketahui publik. Di balik jerih payah mereka mengais rezeki di negeri orang, para purna migran menghadapi tantangan berat saat kembali ke tanah air. Tidak sedikit dari mereka yang kesulitan beradaptasi, kehilangan arah, hingga akhirnya kembali ke titik nol.

Berangkat dari keresahan inilah, sebuah inisiatif pemberdayaan mulai dikembangkan untuk menjawab persoalan klasik yang dihadapi purna migran, terutama dari Korea Selatan.

Purna Migran: Potensi Besar yang Sering Terlupakan

Menurut data, sebagian besar PMI dari Korea bekerja di sektor manufaktur, perikanan, dan jasa. Mereka kembali dengan tabungan dan pengalaman berharga. Namun, minimnya keterampilan wirausaha dan kurangnya akses terhadap pelatihan membuat potensi tersebut belum tergarap maksimal.

“Sayangnya, masih sedikit purna migran yang tampil sebagai role model sukses dalam dunia usaha. Padahal, dengan penghasilan dan kesadaran literasi keuangan yang sudah relatif baik, mereka punya peluang besar menjadi entrepreneur tangguh,” ujar salah satu penggagas program.

Selain itu, stigma sosial yang menganggap purna migran tidak memiliki prospek karier juga menjadi tantangan tersendiri. Terlebih, banyak dari mereka yang berasal dari pedesaan, dengan akses informasi yang terbatas.

Mencari Solusi Melalui Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan dirancang menyeluruh, mulai dari pelatihan kewirausahaan, pendampingan bisnis, hingga akses modal usaha. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, lembaga pelatihan, komunitas bisnis, hingga pemerintah.

Beberapa strategi utama yang tengah dijalankan antara lain:

  • Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Teknologi Digital, melalui platform seperti Coursera dan Udemy serta kelas tatap muka di daerah dengan jumlah purna migran tinggi.
  • Mentoring dan Inkubasi Bisnis, dengan menggandeng pengusaha dan praktisi industri untuk membimbing secara langsung.
  • Penguatan Komunitas, melalui forum diskusi, pembentukan koperasi, hingga jejaring usaha berbasis daerah.
  • Kemitraan dengan Bank dan Lembaga Pembiayaan, untuk menyediakan akses pinjaman dan hibah usaha.

Membangun Ekosistem yang Berkelanjutan

Langkah strategis tak berhenti pada pelatihan dan pendanaan. Pemerintah dan sektor swasta juga didorong untuk menciptakan ekosistem yang mendukung reintegrasi purna migran. Salah satunya melalui kerja sama penempatan kerja sesuai keterampilan dan pameran usaha purna migran.

Lebih jauh, dibutuhkan database nasional dan sistem profiling yang kuat untuk memastikan program pemberdayaan benar-benar tepat sasaran.

Rekomendasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik

  1. Pemerintah perlu memperluas program pelatihan wirausaha berbasis desa.
  2. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem bisnis inklusif.
  3. Akses pembiayaan dan promosi produk purna migran harus terus diperkuat.
  4. Figur sukses dari kalangan purna migran perlu ditampilkan secara konsisten agar menjadi inspirasi nyata.

Kesimpulan:

Purna migran bukanlah kelompok pasif yang sekadar pulang dan berhenti. Mereka adalah pejuang ekonomi yang, bila dibekali dengan benar, mampu menjadi motor penggerak kemajuan desa dan bangsa. Dengan program pemberdayaan yang tepat, masa depan mereka bukan hanya cerita sukses pribadi, tetapi juga kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.

#PurnaMigran #PemberdayaanPMI #WirausahaPMI #ReintegrasiSukses